IslamDNet - Shalat Witir artinya shalat ganjil (mulai dari satu rakaat, tiga rakaat, lima rakaat, tujuh rakaat, sembilan rakaat, dan sebanyaknya sebelas rakaat). Boleh memberi salam setiap dua rakaat dan terakhir boleh dilakukan satu atau tiga rakaat. Untuk shalat tiga rakaat, jangan membaca tasyahud awal sehingga tidak serupa dengan shalat Maghrib. Waktu terbaik melaksanakan shalat witir ialah sesudah mengerjakan shalat Isya sampai fajar.
Keutamaan shalat witir
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, "Kekasihku Shallallahu 'alaihi wa sallam, mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang tidak akan aku tinggalkan hingga aku wafat; berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dan tidur setelah shalat Witir." (HR. Bukhari)
"Jadikanlah penutup shalat malam kalian adalah shalat witir." (HR. Bukhari dan Muslim)
"Sesungguhnya Allah itu Witr dan menyukai yang witr (ganjil)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari 'Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash ra., dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi kalian tambahan shalat, maka peliharalah dia, yaitu shalat Witir." (HR. Ahmad)
Jumlah rakaat shalat witir
Sabda Rasulullah SAW:
Dari Abu Ayyub, "Nabi SAW berkata, 'Witir itu hak. Maka siapa yang suka mengerjakan lima rakaat kerjakanlah; siapa yang suka mengerjakan tiga rakaat kerjakanlah; dan siapa yang suka mengerjakan satu rakaat kerjakanlah'." (HR. Abu Dawud dan Nasai)
Dari Aisyah, "Nabi SAW shalat sebelas rakaat di antara setelah shalat Isya sampai terbit fajar. Beliau memberi salam tiap-tiap dua rakaat, dan yang penghabisannya satu rakaat." (HR. Bukhari dan Muslim)
"Shalat malam itu dua rakaat salam, dua rakaat salam. Apabila kalian khawatir masuk subuh, hendaknya dia shalat satu rakaat sebagai witir dari shalat malam yang telah dia kerjakan." (HR. Bukhari dan Muslim)
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat malam sebanyak tiga belas rakaat. Lalu beliau berwitir dari shalat malam tersebut dengan lima rakaat. Dan beliau tidaklah duduk (tasyahud) ketika witir kecuali pada rakaat terakhir." (HR. Muslim)
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan,
"Kami dulu sering mempersiapkan siwaknya dan bersucinya, setelah itu Allah membangunkannya sekehendaknya untuk bangun malam. Beliau lalu bersiwak dan berwudhu`dan shalat sembilan rakaat. Beliau tidak duduk dalam kesembilan rakaat itu selain pada rakaat kedelapan, beliau menyebut nama Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, kemudian beliau bangkit dan tidak mengucapkan salam. Setelah itu beliau berdiri dan shalat untuk rakaat ke sembilannya. Kemudian beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, lalu beliau mengucapkan salam dengan nyaring agar kami mendengarnya. Setelah itu beliau shalat dua rakaat setelah salam sambil duduk, itulah sebelas rakaat wahai anakku. Ketika Nabiyullah berusia lanjut dan beliau telah merasa kegemukan, beliau berwitir dengan tujuh rakaat, dan beliau lakukan dalam dua rakaatnya sebagaimana yang beliau lakukan pada yang pertama, maka itu berarti sembilan wahai anakku." (HR. Muslim)
Waktu pelaksaan shalat witir
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, "Setiap malam, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan shalat Witir, sejak awal malam, pertengahan dan akhir malam, dan shalat Witirnya ini berakhir hingga waktu sahur." (HR. Al-Bukhari)
"Kadang-kadang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan witir di awal malam, pertengahannya dan akhir malam. Sedangkan kebiasaan akhir beliau adalah beliau mengakhirkan witir hingga tiba waktu sahur." (HR. Muslim)
"Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir." (HR. Bukhari dan Muslim)
"Siapa di antara kalian yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia witir dan baru kemudian tidur. Dan siapa yang yakin akan terbangun di akhir malam, hendaklah ia witir di akhir malam, karena bacaan di akhir malam dihadiri (oleh para Malaikat) dan hal itu adalah lebih utama." (HR. Muslim)
Baca juga: Shalat Sunnah Rawatib Lengkap
Baca juga: Shalat Sunnah Rawatib Lengkap